Senin, 08 November 2010

Laju Inflasi Indonesia Lebih Rendah Ketimbang Negeri Jiran

inflasi Indonesia lebih rendah ketimbang negara-negara tetangga sejak petengahan 2009. Solidnya pengaturan harga energi dan stabilnya nilai tukar rupiah menjadi faktor penekan laju inflasi.

Demikian yang dikemukakan Lead Economist World Bank’s Jakarta Shubham Chaudri dalam seminar bertajuk “Indonesian Economic Quarterly Report” yang digelar di Gedung Energy, Jakarta, pekan lalu. Namun, ia tidak membeberkan rincian tingkat laju inflasi, dan negara tetangga mana yang memiliki laju lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia.

Menurut Shubham, solidnya pengaturan harga energi yang diberlakukan oleh pemerintah mnjadikan harga konsumen tidak terpengaruh oleh melambungnya harga energi dunia pada awal 2009. Faktor pemulihan nilai tukar rupiah yang relatif stabil turut berandil besar dalam menekan laju inflasi.

Namun, Shubham juga menjabarkan beberapa faktor yang berpotensi akan melambungkan inflasi Indonesia menjelang 2011. “Naiknya harga komoditas yang disebabkan oleh tingginya demand, nampaknya akan menjadi penyebab utama,” ujar Shubham, seperti yang dikutip laman resmi Kementerian Keuangan.

Faktor lain yang turut mendorong laju inflasi yaitu naiknya tarif dasar listrik sebesar 10 persen. Pemerintah berencana memberlakukan tarif dasar listrik yang baru mulai Juli mendatang.

Sebelumnya, Bank Dunia kembali menaikkan proyeksinya terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini. Terakhir, Bank Dunia memperkirakan perekonomian Indonesia tumbuh 5,6 persen. Sekarang Bank Dunia merevisi menjadi 5,9 persen, lebih tinggi daripada target pemerintah sebesar 5,8 persen.

Kepala Ekonom Bank Dunia Shubham Chaudhuri memperkirakan, tingkat pertumbuhan tahunan (year on year) pada kuartal kedua tahun ini akan meningkat hingga 6 persen dan akan mendekati 6,5 persen pada triwulan akhir.

"Percepatan demikian akan mengembangkan keseluruhan ekonomi Indonesia sebesar 5,9 persen," kata Chaudhuri. Adapun tahun depan, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan akan lebih besar lagi sekitar 6,2 persen.

Konsumsi menjadi faktor penyumbang terbesar pertumbuhan. Pertumbuhan konsumsi sektor swasta diperkirakan 5,1 persen. Indikasi kenaikan konsumsi ini dapat dilihat dari pertumbuhan penjualan sepeda motor dan kendaraan bermotor yang meningkat memasuki triwulan kedua 2010. Pada April saja penjualan sepeda motor naik, mencapai 70 persen dibanding tahun lalu.

Tingginya permintaan dalam negeri menyebabkan industri di sektor-sektor yang menekankan pemenuhan kebutuhan dalam negeri akan lebih baik dibanding sektor yang menekankan ekspor. "Telekomunikasi, transportasi, jasa, dan sebagainya akan tumbuh baik dibandingkan dengan sektor manufaktur yang mengandalkan pasar luar negeri," ujarnya.

Ia menambahkan, peningkatan investasi yang tengah terjadi juga diperkirakan akan mendorong peningkatan ekonomi. Sejak kuartal ketiga 2009 hingga kuartal pertama 2010, belanja investasi meningkat 7,9 persen.

Ekonom CIMB Niaga Winang Budoyo bahkan lebih optimistis pertumbuhan 2010 bisa mencapai 6,1 persen. Faktor konsumsi menjadi penyumbang utama. Selain itu, tingkat ekspor dan investasi membaik dibanding tahun sebelumnya.

sumber dari :
http://www.tempointeraktif.com/hg/perbankan_keuangan/2010/06/24/brk,20100624-258035,id.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar